Ketika libur panjang
karena imlek, gw ngajak jalan mantan gw untuk nonton. Dia setuju adan sekalian
mau beli kado untuk cowoknya (read:bukan gw). Perasaan gw seneng akhirnya
jalan, walaupun sama cewek orang lain karena gw males banget ‘gabut’ saat liburan.
Tetapi, itu awal mula petaka gw dimulai.
Sejujurnya selain
nonton, gw punya maksud lain. Gw ingin ngomong jujur tentang perasaan gw.
Karena takut lupa, jadi gw menulis surat untuknya dan akan diberi saat kita
jalan. Isi suratnya nanti gw kasih tahu di akhir. Intinya adalah perasaan gw ke
dia yang sebenarnya ketika kita sudah putus.
Kita berangkat terlalu
siang karena kesalahpahaman kapan berangkat. Akhirnya gw jemput dia di rumahnya
yang berada di Bekasi. Ketika sampai di rumahnya, tiba-tiba teringat kenangan
yang dibuat dengannya di masa lalu yang sulit untuk dilupakan tetapi terlalu
sakit untuk dikubur dalam-dalam dari perasaan ini. Singkat kata, kita berangkat
dan ..............
Sekarang, dia terlihat tambah cantik dari yang ku duga dan jantung gw berdegup kencang tak menentu seketika.
Sekarang, dia terlihat tambah cantik dari yang ku duga dan jantung gw berdegup kencang tak menentu seketika.
Kita berangkat ke pusat
hiburan yang ada di kawasan Karawaci (males nyebutin merk). Sesampainya disana,
keadaan sangat ramai pada hari itu. Awalnya kita pergi ke toko olahraga untuk
belanja kado ulang tahun pasangan mantan gw yang baru. Pada saat itu, jujur gw
merasa sedih, mengapa bukan untuk gw. Tetapi apadaya, kenyataannya seperti itu
dan gw harus menerima dan tetap tegar, walau hati ini terus menangis. Hal yang
sebenarnya bikin perasaan gw campur aduk, ketika diminta memlih sepatu yang
mana yang pas untuk cowoknya. Sedih, marah, iri, sakit hati, dan perasaan yang
tak dapat dilukiskan dengan kata-kata semua tercampur aduk menjadi sebuah
kesatuan yang mengoyk hati gw. Tetapi dia tak jadi beli kado dengan alasan yang
sampai saat ini tak dapat gw mengerti.
Lalu kita makan di area
foodcourt. Kita berbicara tentang kehidupan masing-masing dan gw nanya perasaan
mantan gw ke cowoknya. Pertanyaan itu rupanya malah menjadi bumerang yang
menghujam hati gw, amat sakit. Dia amatlah sayang dengan cowoknya dan sangat
nyaman dengan cowoknya saat ini dan kelihatannya akan bertahan lama hubungan
mereka. Setelah ia bercerita, gw memberikan surat tentang perasaan gw ke dia
untuk dibaca. Dia menolak membacanya pada saat itu dan ingin pulang karena
waktu sudah sore dan dia besok ada kuliah. Yasudahlah, gw memilih mengalah dan
membatalkan rencana nonton film.
Dalam perjalanan
pulang, gw memohon dia untuk membaca surat itu saat itu juga. Dia membacanya
tanpa ekspresi. Entah apa yang ada di pikirannya dan juga perasaannya ketika ia
membaca surat itu. Selesainya ia membaca surat tersebut, gw bertanya tentang
pendapatnya tentang surat gw, apakah gw salah jujur ke dia tentang perasaan gw
ke dia. Dia bingung menjawabnya karena dia sudah ada yang punya dan hanya
menghargai kejujuran gw. Saat itu gw bersyukur rupanya dia masih ‘respect’
serta masih mau berhubungan baik dengan gw sebagai teman. Gw juga jujur
sejujurnya tentang perasaan gw ke dia serta mendoakan yang terbaik untuknya.
Sesampainya di rumah
dia, gw izin untuk sholat dan istirahat sebentar. Setelah sholat, gw pamit
pulang karena malam semakin larut dan gw tak enak berlama-lama di rumahnya. Gw
tak punya hubungan istimewa dengannya saat ini selain pertemanan. Sebelum gw
pulang, gw sempat memanggilnya untuk mengatakan sesuatu kepadanya. Hanya saja,
dia merespon, “Nanti SMS aja”. Sejujurnya ini yang ingin gw katakan dan tak
pernah gw sms ke dia.
Aku masih menunggumu
Kembali ke dekapanku
Walau aku menjalin hubungan dengan wanita lain
Perasaan itu tetap lain
Ketika kita berdua menjalin cinta
Mengapa?
Karena kau wanita istimewa dan
Kau adalah bunga matahariku
Setelah pertemuan itu
dan kirim sms ke dia, dia tak membalasnya. Ketika aku butuh bantuannya keesokan
harinya, dia tak meresponnya. Apa yang telah terjadi? Gw bingung apa yang
terjadi? Apakah surat itu telah membunuh komunikasi antara aku dan dirimu? Atau
memang kau sebenarnya tidak suka dengan kejujuranku? Sampai tulisan ini
diterbitkan, gw belum mengetahui alasannya dia ‘dingin’ dan tak merespon pesan
gw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar