Minggu, 01 Maret 2015

Surat

Ketika libur panjang karena imlek, gw ngajak jalan mantan gw untuk nonton. Dia setuju adan sekalian mau beli kado untuk cowoknya (read:bukan gw). Perasaan gw seneng akhirnya jalan, walaupun sama cewek orang lain karena gw males banget ‘gabut’ saat liburan. Tetapi, itu awal mula petaka gw dimulai.

Sejujurnya selain nonton, gw punya maksud lain. Gw ingin ngomong jujur tentang perasaan gw. Karena takut lupa, jadi gw menulis surat untuknya dan akan diberi saat kita jalan. Isi suratnya nanti gw kasih tahu di akhir. Intinya adalah perasaan gw ke dia yang sebenarnya ketika kita sudah putus.

Kita berangkat terlalu siang karena kesalahpahaman kapan berangkat. Akhirnya gw jemput dia di rumahnya yang berada di Bekasi. Ketika sampai di rumahnya, tiba-tiba teringat kenangan yang dibuat dengannya di masa lalu yang sulit untuk dilupakan tetapi terlalu sakit untuk dikubur dalam-dalam dari perasaan ini. Singkat kata, kita berangkat dan ..............
Sekarang, dia terlihat tambah cantik dari yang ku duga dan jantung gw berdegup kencang tak menentu seketika.


Kita berangkat ke pusat hiburan yang ada di kawasan Karawaci (males nyebutin merk). Sesampainya disana, keadaan sangat ramai pada hari itu. Awalnya kita pergi ke toko olahraga untuk belanja kado ulang tahun pasangan mantan gw yang baru. Pada saat itu, jujur gw merasa sedih, mengapa bukan untuk gw. Tetapi apadaya, kenyataannya seperti itu dan gw harus menerima dan tetap tegar, walau hati ini terus menangis. Hal yang sebenarnya bikin perasaan gw campur aduk, ketika diminta memlih sepatu yang mana yang pas untuk cowoknya. Sedih, marah, iri, sakit hati, dan perasaan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata semua tercampur aduk menjadi sebuah kesatuan yang mengoyk hati gw. Tetapi dia tak jadi beli kado dengan alasan yang sampai saat ini tak dapat gw mengerti.

Lalu kita makan di area foodcourt. Kita berbicara tentang kehidupan masing-masing dan gw nanya perasaan mantan gw ke cowoknya. Pertanyaan itu rupanya malah menjadi bumerang yang menghujam hati gw, amat sakit. Dia amatlah sayang dengan cowoknya dan sangat nyaman dengan cowoknya saat ini dan kelihatannya akan bertahan lama hubungan mereka. Setelah ia bercerita, gw memberikan surat tentang perasaan gw ke dia untuk dibaca. Dia menolak membacanya pada saat itu dan ingin pulang karena waktu sudah sore dan dia besok ada kuliah. Yasudahlah, gw memilih mengalah dan membatalkan rencana nonton film.

Dalam perjalanan pulang, gw memohon dia untuk membaca surat itu saat itu juga. Dia membacanya tanpa ekspresi. Entah apa yang ada di pikirannya dan juga perasaannya ketika ia membaca surat itu. Selesainya ia membaca surat tersebut, gw bertanya tentang pendapatnya tentang surat gw, apakah gw salah jujur ke dia tentang perasaan gw ke dia. Dia bingung menjawabnya karena dia sudah ada yang punya dan hanya menghargai kejujuran gw. Saat itu gw bersyukur rupanya dia masih ‘respect’ serta masih mau berhubungan baik dengan gw sebagai teman. Gw juga jujur sejujurnya tentang perasaan gw ke dia serta mendoakan yang terbaik untuknya.

Sesampainya di rumah dia, gw izin untuk sholat dan istirahat sebentar. Setelah sholat, gw pamit pulang karena malam semakin larut dan gw tak enak berlama-lama di rumahnya. Gw tak punya hubungan istimewa dengannya saat ini selain pertemanan. Sebelum gw pulang, gw sempat memanggilnya untuk mengatakan sesuatu kepadanya. Hanya saja, dia merespon, “Nanti SMS aja”. Sejujurnya ini yang ingin gw katakan dan tak pernah gw sms ke dia.

Aku masih menunggumu Kembali ke dekapanku Walau aku menjalin hubungan dengan wanita lain Perasaan itu tetap lain Ketika kita berdua menjalin cinta Mengapa? Karena kau wanita istimewa dan Kau adalah bunga matahariku

Setelah pertemuan itu dan kirim sms ke dia, dia tak membalasnya. Ketika aku butuh bantuannya keesokan harinya, dia tak meresponnya. Apa yang telah terjadi? Gw bingung apa yang terjadi? Apakah surat itu telah membunuh komunikasi antara aku dan dirimu? Atau memang kau sebenarnya tidak suka dengan kejujuranku? Sampai tulisan ini diterbitkan, gw belum mengetahui alasannya dia ‘dingin’ dan tak merespon pesan gw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar